Wednesday, August 25

gods

Clad in body-hugging costumes, showing their leanness and muscles, those are gods, not human.
Their speed, their power, the height they achieve, their spin, their manouver, their timing, their movement - all are simply AMAZING. I am at lost of words to describe them. The olympians.

The hard works they've put to compete, let alone win....

Gods and godesses.

Wednesday, August 18

pencil-skirted woman

don't ask me for a runnin'
cos it may make me fallin'

pencil-skirted woman
keep those knees together

in straight line you're walkin'
strappy shoes and little steppin'

oh, yeah!

Wednesday, August 11

quilty as charged

i knew something was not right, from the tone of his voice and from the messages his body told me. he would not respond to my touch, and kept conversation minimum.

we slept in silence, drove in silence, only to be broken by this one sentence:
jangan pulang malam lagi
i mumbled a 'ya', with a slight nod, not daring to say: i actually cannot promise that, dear

i sms-ed him and told him i was sorry to disappoint him again
not telling the truth that this will not be the last time

grumbling father, working mother
children with absentee parents

Friday, August 6

Peugeot 206

It's curvaveous, with not a single corner in sight.
In metalic blue, red lights that look like eyes slanting at you,
it's a perfection of curves.

Not a single item in Peugeot 206 has sharp corner on it.
It's so fluid and kind.

Okay, I've never been in one let alone driven one.
But whoever comes up with such design, I salute you.

Thursday, August 5

Amun Ra

the sun god, as the ancient egyptians called him
why god?
it's magnificent, shining, awesome, enourmous, and holds live in its rays

the sun shines
the sun burns
the sun brings warmth
the sun brings death

the sun lightens up your mind
no sun, your mind goes boink

close your eyes and see sun: those red dots hanging on you eyelids
close your eyes and feel sun: the warmth on your check, on your back
close your eyes and shun sun: that glaring ray that spells migrain to you

oh greatness, one that GOD creates

Jendela

tidak pernah aku berpikir tentang jendela, ataupun meresapi keberadaanya, sampai ketika aku dan suamiku berniat untuk membangun rumah dan memanggil arsitek untuk menggambarkan impian kami.

jendela
jendela seperti apa yang aku inginkan (suamiku tak terlalu peduli tentang hal itu, selama rumah itu ada jendelanya, hal itu sudah cukup)
dan sekarang, dalam perjalanan, aku selalu memandang keluar dari kendaraan dan mengamati jendela2 rumah2 yang kulalui

apa pentingnya jendela bagi sebuah rumah? apakah ia sekedar jalan masuk bagi cahaya dan juga udara - jika kita membiarkannya terbuka, atau lebih dari itu? ia tentu berpengaruh bagi tampak suatu rumah, dan juga mungkin bisa menunjukkan prestise dilihat dari desain dan bahannya.

apa cuma itu? lalu kenapa aku jadi repot dengannya?

dari jendela aku bisa melihat dunia, dari jendela aku mendapat cahaya, dari jendela yang terbuka lebar aku merasakan belaian angin padaku
jendela adalah pintu yang tak perlu dilewati - ia diam saja dan membentangkan dunia

jendela memberiku pandangan akan langit: langit yang tak berbatas, langit yang luas, langit yang bebas dan sendirian

melalui jendela aku bernafas dan dengan jendela yang terbuka aku tahu bahwa aku bebas
bahkan dalam diam dan tanpa perlu melewati apa-apa

Wednesday, August 4

pain

let me share something about pain
cause i know something about it
though 'tis not the ultimate
nor it is the most unbearable

let me share something about pain
of growing up as a woman
not about psychological pain
cause if it's about that
one cannot stop arguing

let me share something about
physical pain
of growing up a woman:

budding breasts
depicted in romantic ways
as petals of roses blooming
are just as sensitive to the touch:
they hurt

first sign of womanhood, the menstruation
may not hurt the first time
but sure causes lots of discomforts afterwards
if not downright pain
(mine used to hurt so much i had to sit down
or lie down, or else i would faint)

woman the sexual partner
it hurts the first time
when your hymen was still intact
and blood dripping when it's ripped
it hurts again when there's not enough lubrication
it hurts when you're not in the mood

the ultimate proof of motherhood - bearing child(ren)
giving birth requires tremendous strength
risky both to infant and mother
and though it's been done millions of years
it still kills sometimes
no matter the amount of sedative you have
knocking you out in the process
it still hurt afterward

woman as mammal, the nursing mother:
it hurts to nurse the first time
it hurts to nurse when you got cracked nipples
it hurts NOT to nurse when your breast are too full of milk

when the body stops being a woman
when the uterus no longer prepares itself to borne an infant
and hormone level dives
they say it hurts, too
(i have yet to experience that)

so that's my experience with pain
and let me face those who say
women are weak

Cinta

ia berbaring di sampingku
matanya memandangku
dan bertanya:
apakah kamu cinta betul padaku?

aku menjawabnya
dengan senyuman
dan satu kata:
iya

lalu aku balik bertanya
kenapa ia bertanya begitu
padaku
sambil menatap matanya

tidak ada lagi kata-kata setelah itu
aku berkedip
ia memandangku
ia berkedip
dan aku ganti memandangnya

Tentang Aku

Memandang hidupku di saat aku beranjak dewasa, aku suka malu pada diriku sendiri. Aku amat egois, kejam dan dingin. Seseorang pernah memperdengarkan lagu padaku, dan bilang: 'lagu ini mengingatkan aku padamu. Judulnya My Ruthless Queen.' Dan pada saat itu aku senang2 saja, lebih baik jadi orang kejam daripada jadi orang biasa.

Jadi orang biasa. Aku punya pandangan yang kontradiktif tentang hal ini. Hampir sepanjang hidupku aku merasa bahwa aku biasa2 saja, tidak cantik, tidak cukup pintar / cerdik, dan tidak istimewa. Tapi di saat yang sama aku berpikir bahwa aku orang yang berbeda, yang lain daripada yang lain. Dan aku menolak untuk jadi 'orang kebanyakan'. Aku terlalu tinggi untuk jadi orang kebanyakan. Dan ketika aku melihat atau bertemu dengan orang yang aku pandang lebih tinggi dari aku, aku langsung ngeper.

Ngeper. Hal ini juga yang sering banget aku rasakan. Dan hal ini juga menimbulkan reaksi yang kontradiktif pada diriku. Orang yang ngeper - gak pede, takut salah, dll - mungkin gak umumnya malah jadi berani tampil beda, punya prinsip sendiri, menentang arus, dan bertindak semaunya. Orang2 di sekitarku gak pernah tahu bahwa aku punya masalah dengan rasa pede: aku tidak pede. Karena penampilanku yang beda dan yakin tadi, mereka pikir aku oke2 aja. Aku TIDAK oke.

Aku juga amat pemarah. Kemarahan yang mudah tersulut, meledak hebat, dan sukar padam. Entah kenapa. Dan kalo aku sedang berpikir, aku gak bisa menemukan apa pun yang salah dalam hidupku sehingga aku bisa sedemikian pemarah.

Sekarang aku sudah melalui hampir semua dari hal di atas. Aku rasa aku sekarang sudah tidak lagi terlalu kejam atau dingin. Aku masih egois, yup. Aku masih menentang arus, cuek, punya prinsip sendiri, masih pemarah (aku sudah berusaha sungguh2 untuk memperpanjang sumbunya, mengurangi ledakannya, dan cepat2 menghilangkan efeknya), dan masih juga punya masalah dengan pede. Tapi khusus satu hal yang terakhir ini, aku punya pandangan yang baru: aku sudah sampai pada umur di mana (pada umumnya) aku tahu apa yang aku mau, aku tahu apa yang aku bisa, aku tahu gimana harus bertindak. Aku gak harus kehilangan diriku, gak harus berubah, aku tetap bisa jadi aku yang berbeda, tapi juga tidak perlu kejam lagi. Setiap orang itu unik. Setiap orang itu datang dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Setiap orang punya bentuk dan warnanya sendiri-sendiri.

Kalau aku berubah, itu karena aku memang mau dan merasa perlu berubah. Bukan karena aku takut menjadi AKU.

Ada hal tentang aku yang belum berubah: aku susah berteman. Aku hanya bisa berteman dengan sistem one-on-one. Kelompok merupakan beban, mungkin karena toleransiku yang minim, egoisme / individualisme yang tinggi, dan 'sisi2ku' yang sulit ditempatkan pada 'sisi2' mereka. Dan aku berpikir hidupku sudah cukup berarti jika ada seseorang yang menanggapku betul2 berarti bagi dirinya. Banyak teman memang berarti akan banyak pertolongan. Tapi mungkin orang juga gak butuh sekian banyak pertolongan. Cukup untuk hal2 yang penting2 saja.

(to be continued)