Wednesday, December 21

learn to unlearn

we learn at school that's it's quite okay to cheat. no one will hang you to die if you do.
we learn from young age that students whose parents are actively involved in the school committee got all the perks. and they could even got better marks than they actually made. we learn that they can have better spots at school plays, sport events, etc.
we learn that sometimes mothers purposedly jump queue and grab whatever it is in front of them for their children. their children come first, no matter what.
we learn that school teaches us to not litter, but litter we do and no body would punish us.
we learn to pay not the school fee but the 'voluntary donation' to school in order for our children to get enrolled
we learn to conform to the uniform, the color or our shoes, the length of our socks, etc etc. to be different is not desirable.

we learn that religion is something people wear. it's an identity they put up. it's not something personal and intimate.

we learn that in this country, it's better to use agents to process some government-related documents coz doing it yourself would just be a lost of more time, energy, and yes - money, too
we learn so much that those in tivi are not to be trusted, yet they are what we are supposedly elect as our representatives
we learn to see all politicians as bullshitters

we learn everywhere that money, and those who have them, would almost always win
we learn in this beloved contry, poverty is a curse

now try and unlearn those things.
good luck!

Tuesday, December 13

pilihan, or the lack of it

hokeeeh....

sore hujan di sudirman, jakarta
galian gorong2 di ujung jalan setelah semanggi

pilihan apa yang tersisa?
- mobil pribadi dengan kemacetan luar biasa
- mobil kendaraan umum penuh, sesak, susah napas, bocor, becek, pengap, dan macet luar biasa
- ojeg dengan kemampuan menyelipnya, berbasah-basah sepanjang jalan
- taksi yang mendadak jadi barang langka, dan tetap macet luar biasa
- kereta, klo memang ada jalurnya, yang bisa mendadak ilang sinyal klo ujan
- jalan kaki, sedikit agak 'gebleg', tp perlahan namun pasti mendekati tujuan
- iseng di kantor menanti semuanya berlalu, dan itu bisa berarti 5 jam lagi
- iseng tidak di kantor menanti semuanya berlalu, dan itu bisa berarti isi dompet yang keluar entah berubah jadi apa

jakarta hujan di sore hari. masih untung bukan jumat.

Friday, December 9

requiem

something died some time ago, deep there inside me
a thing called 'passion', not for life, but for the love of something in life

like a broken china that would not be fully recovered
that's what i am today, me with a chip inside

maybe it's time to find new passion
and live to the fullest again


Thursday, December 1

it's MY life at the end

nampaknya sekarang ini, jadi apapun di dunia, ada 'manual'nya

how to be a good mom, loving parents, magnificent partner
how to be a friend in the office, how to be good co-worker
how to be happy, how to have a fulfilling live
how to be... bla bla bla....

not one told you to be YOU  to the best of your own interest and the best of your frame of mind
no one seems to tell you that first of all, you've got to be comfortable in being who and what you are

it's just too much for me, this wishing you be a good and jolly ol' person
and the last straw is the question: "what would you like to be remembered"?

so what if I decided to be remembered as a bad arse? or a bleeping lady?
someone dear to me once said: life is too short, why bother. yeah, why bother indeed?
other quote I like: why bother being nice? you don't know for sure if you're gonna make it to heaven. so enjoy! couldnt' agree more.

just too much pressure, trying to be 'them'.
i chose to be 'me'

Friday, November 25

black-caped lady

black friday today, is
faraway in the land of the free
a lady seeing herself in the mirror
letting her mind soar

she adjusted the neck of her turtle-neck
and admiring the length of her cape

invicible is what he thaught the word would be
that describes her
femme-fatale is how she feels

walking with all the confidence in her
she's enjoying the feeling of the hem of her cape
swinging cooly with every step she takes

black-caped lady
in a world of her imagery

postscrip:
i do want to have superhero power, you see
especially telekinetic
would be nice to be able to, ahem, shall we say 'disturb' someone from afar
just for the fun of it

Thursday, November 24

penurut yang mbalelo

melihat perilaku rakyat negeri ini (jakarta dulu deh, bagian negeri yang lain aku tidak lihat dalam keseharian), kadang bingung juga menilainya.
di satu pihak, nampaknya mereka amat sangat penurut, terutama jika berhubungan dengan figur otoritas.
di sisi lain, sedemikian tak pedulinya pada peraturan.

contohnya adalah: "perintah" untuk pendataan e-katepe. semua orang nurut dateng memenuhi panggilan kelurahan. pun jika dia sebetulnya terkendala (cacat, sangat tua, kesulitan jalan, dll). pun jika harus balik kampung dan bayar mahal untuk memenuhi panggilan. pun jika harus antri (antri memang harus dan terpaksa karena pakai nomor urut panggilan) untuk jangka waktu yang tak jelas. tapi semua nurut. diambil sidik jarinya, lengkap sepuluh2nya. diambil fotonya. diambil data2nya. pasrah semuanya. ada ga yg sempat menanyakan, negara memiliki data personal sedemikian mesranya...apakah sebenernya mereka berhak? gimana dengan perlindungan akan data itu? nomor telpon aja bocor melulu. tapi kita semua - setahu saya - nurut. duduk manis mengantri hingga nama dipanggil, berjam2 setelah pagi mendaftar.

di sisi lain, mari kita lihat perilaku di jalan raya. layaknya orang buta marka semua orang2 klo sudah di jalan raya. dan juga masalah mengantri. klo tidak ada pembatas fisik macam pagar, tali, papan dll, mana bisa orang kita ini mengantri berderet dengan manis meliuk2?

apa yang membedakan 2 hal di atas?
menurut pengamat super amatir ini (saya) adalah adanya (atau tidak adanya) sosok otoritas. panggilan e-katepe: perwakilan nyata otoritas. ada si bapak lurahnya, ada orang2 'third party' pelaksana pendataan. ada surat atawa putusan dari menteri dalam negri. kurang apa lagi?

lalu-lintas: aturan merupakan perwakilan otoritas, betul. tapi aturan dan marka jalan itu abstrak. hanya tulisan, tanpa sosok (= pengawas/penegak). ya selama ga ada orang yang perlu diturutin, ngapain  nurutin tulisan?

mungkin begitu.

mungkin ini turunan dari mental terjajah. otoritas (orang) mewakili penjajah, penguasa. kelihatan melanggar aturan otoritas = mati.
tulisan tanpa penjaga = tidak ada yg melihat, tidak ada yg tahu = ga mati. selama ga ada yg liat, selama yang jaga ga liat = ga mati.

mari hidup, jangan mati!

Tuesday, November 22

to be good

pernah baca di suatu media, kira2 seperti ini:

it's my job to be a good person
it's not my job to be liked

setubuh!

that surealist feeling of being there

i opened my december edition of natgeo magz last nigth, just before bed.
lo and behold, they put 'the king james bible, making a masterpiece' on their cover.
what does it have to do with my life? not so much, apart from the part that i happened to be lucky enough to see the actual king james bible on exhibition in oxford, some months ago.

i don't mean to brag. honestly.

it's the feeling i want to share, that surealist feeling of seeing things in the magz, in the tv, in the news; things that you've have actually touched, or seen, or smelled, or glimpsed about - in real life. it's something that becomes part of your memories, either in jars or in secret chests - or simply there inside the multi-drawers complexity of our mind. and with memories come the feeling. that surealist feeling. as in dream, things are close yet untouched, they are seen yet obscure, vivid but elusive - the very sensation of having been there and having seen them. the feelings of someting within your grasp, just a millimeter away from your fingertips, but eludes you. memories and feelings are so abstract.

the world is such an exhaustible place of things, of knowledge, of happenings. to be able to taste just a mini particle of that vast availability is a privilege. privilege not so many can have. so far in my life, i have been privileged enough. not so much, but at least a bit.

live long and prosper, and may you be amongst the privileged.

Friday, November 18

jars of memories

konon, CLBK diperparah dengan Facebook / BB, yang 'mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat'. FB / BB berlanjut ke kopi darat. kopi darat membuat orang terkenang2 akan masa lalu, yang dipandang dengan mata yang berlensa nostalgi, membuat hasil pandangan kini bukanlah yang kini, tapi kini yang 'jika saja dulu'

aku menyebutnya dengan 'jars of memories'. toples-toples itu (oke, sebelum berlanjut ke masalah inti, untuk kakak2ku.. PLIS... lupakan itu kejadian toples toples toples....)

toples-toples itu, jars of memories, mengawetkan sedemikian rupa ingatan ttg masa dulu, masa muda, saat dunia masih berwarna-warni indah, manis bagai lolipop. di toples yang berisi pameran manisan masa lalu, tentu kita pura-pura lupa bahwa masa lalu juga bisa pahit dan mengenaskan. deretan jars of memories tidak memberi ruang bagi rasa masam, pahit, dan pilu. untuk yang demikian itu, ada 'the dark chest of unpleasantness' - yang dipendam dalam-dalam, jauh dari pusat ingatan, dan dipinggirkan ke kealpaan.

dengan hanya berbekal rasa manis, tentu saja saat kita melihat kenangan itu duduk di hadapan, yang terlihat adalah sosok yang berbalut madu dan bergelimang cahaya redup warna pastel.

CLBK? cuma ilusi. sama bo'ongnya dengan easter bunny.

it's the memory you cherish, not the hard fact that your sweetmeat has turned old, fat (or wiry), and not so dashing anymore.

Thursday, November 17

that (diminishing) fearlessness

people often see me as a confident person. they sometimes told me that i am such a fearless person.
yeah, i could look that way. what actually happens inside me is for me to keep.

my fearlessness comes from the simple consciousness that i have nothing to hide. well, most of the time i do not have anything to hide. a close friend of mine said once: you just put everything as it is. maybe i do.

strange thing is, now i realize that my fearlessness is getting smaller and smaller. it is getting easier and easier for me to feel intimidated. i wonder why.. coz basically i still have not much to hide.

perhaps it's like alice. madhatter said to her that 'she's lost his muchness'. maybe i've lost my muchness. or maybe i'm getting too old to be fearless anymore. world has gotten too complicated. things have gotten to complex. and people are getting harder and harder to decipher. i may have nothing, or almost nothing, to hide. but do they? it's hard to keep a straight line when everybody else is zigzagging.

Tuesday, November 15

virtual tootbrushing

suatu malam di rumahku, setengah jam menjelang pukul sembilan malam
aku sudah siap menunggu anak kembarku di kamar mereka, untuk membacakan buku cerita
mereka memasuki kamar, dan seperti biasa aku katakan pada mereka untuk gosok gigi terlebih dahulu
mereka keluar lagi, dan aku menunggu sambil membaca buku
setelah kembali masuk ke kamar, anak-anak kubacakan buku cerita, seperti biasa
setelah mereka tidur, aku keluar dan tidur di kamar kami
malam yang biasa saja, seperti hari-hari lainnya; malam yang menyenangkan...

esoknya suamiku bertanya: "anak-anak bilang klo mereka sudah gosok gigi kemarin"
aku jawab: "ya, terus aku bacain buku"
"kamu ga ngecek?"
"enggak. emang kenapa?"
dia langsung tertawa, dan kemudian berkata:"tahu mereka ngapain? mereka ngobrol sama aku, dan waktu aku ingetin untuk sikat gigi, si bulat [salah satu anak kembarku punya mata yang bulat sekali] cuma bikin gaya seolah sikat gigi: berkumur-kumur"
"oh.. kumur-kumur doang?"
"engga, gaya kumur-kumur aja, ga pake air", dan suamiku menirukan gaya orang berkumur
"duasarrr......!!"

suatu malam di rumahku, anak kembarku telah menciptakan 'virtual toohbrushing'

live long and prosper

Friday, November 11

mengubah rubah

Sentilan Jumat:


kemarin ada presentasi sistem keamanan pintu di kantor saya. Salah satu menu yang tertera adalah 'Rubah'. Sambil cekikikan saya bilang: Mas, menu itu buat mengubah jadi rubah? Si Mas bengong. Terpaksalah sedikit saya sampaikan bahwa yang benar adalah Ubah dan bukan Rubah, kecuali mungkin memang ada fungsi untuk meRubah (mengubah jadi rubah, si mamalia kecil itu).

Penafian: saya sama sekali bukan ahli Bahasa Indonesia, sumpeh. Cuma gemes ama si Rubah. Sama gemesnya saat nemuin kata "di kerjakan" dan "ditempat".

Tuesday, November 8

(part 4) merdeka!

merdeka! sudah sejak taon 1945 negri ini merdeka (katanya). waktu yang cukup lama buat membangun suatu bangsa - meski ini relatif. dan amat sangat tergantung niat negara dan bangsanya, dan pemerintahnya. melihat kondisi sekarang, ahem.. mari kita lihat:

1 - merdeka ekonomi: blom (lihat betapa negri agraris ini mengimpor bahan mentah)
2 - merdeka pemikiran: blom (lihat metode pendidikan yg hapalan melulu, dan menawarkan hanya 1 jawaban untuk1 pertanyaan, padahal bisa aja ada alternatif)
3 - merdeka religi: blom banget (ingat ahmadiyah?)
4 - merdeka jiwa: blom (lihat betapa orang2 kita sangat terpengaruh konformitas dan tekanan sesama)
5 - merdeka badan: blom juga (lihat betapa banyaknya orang yang hidup tidak sehat, baik karena keberlimpahan, atau kekurangan yang akut)

tapi bukan kemerdekaan rumit macam itu yang aku mo tulis.

aku tertarik dengan konsep merdeka yang 'mendasar' = merdeka berarti seenak udel! nih dia pemandangan sehari2 yang terlihat dari kaca bis umum yang juga merdeka, meski merdekanya mereka berarti penindasan bagi pihak lain.

a - merdekanya kaum penjual kaki lima: dengan memakai trotoar, pinggir jalan, emperan, dll: menindas pejalan kaki
b - merdekanya pengendara motor yang naik ke trotoar, menggasak pinggiran jalan, menggilas emperan di kala macet: menindas penjual kaki lima yang sudah duluan menindas pejalan kaki
c - merdekanya bis umum, dengan keyakinan bahwa 'besar itu berkuasa', yang seenaknya berhenti sembarangan, bahkan di lajur kanan, nggeyol sekenanya, dan tidak adanya kepedulian pada penumpang yang sebetulnya adalah customer mereka: menindas semua pengguna jalan, termasuk pengendara motor yang sudah menindas pedagang kaki lima yang menyengkat hak pejalan kaki
d - jangan salah, pejalan kaki yang sudah tertindas majemuk pun kadang masih bisa jadi penjajah. dengan kemalasannya menyeberang pada tempat yang sudah disediakan (oke, kadang tempat2 itu memang masih kurang jumlah dan mutu), mereka juga menindas hak pengendara kendaraan bermotor untuk melaju dengan tenang dan tanpa risiko melukai
e - kemerdekaan para penyelak antrian, yang menindas hak sesamanya
f - kemerdekaan kaum 'pembersih' yang buang sampah seenaknya, dan memindahkan tanggung jawab (serta risiko) kepada orang lain.

begitulah negri ini, merdeka!

Friday, November 4

selingan: oh, bisa bahasa indonesia ya?

numpang lewat. kejadian lucu waktu beberapa waktu lalu mendapat rejeki bisa nginjek tanahnya mr. david cameron, dan ikutan temen ke acara kumpul2 orang endonesa di london.

setelah berkenalan ke kiri ke kanan (dan dengan segera lupa lagi dengan siapa saja gw berkenalan - maklum memoriku bekerja bagaikan lapisan teflon), dan mengudap, minum (yang dilakukan di kebun, mumpung cuaca lagi cerah bersahabat), aku masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang, dan langsung berbicara dalam (tentunya) bahasa endonesa ke orang yang sedang ada di situ -yang amat sangat nampak seperti orang endosa juga.

dengan penuh keterkejutan, si mas yang aku ajak ngomong, mengucap: ah, bisa bahasa indonesia ya? sambil setengah mati menahan diri untuk ga pasang expresi yang bisa menimbulkan ketidaknyamanan sosial (social faux pas), aku bilang: bisa mas, saya orang endosa kok... 'oh..... kirain orang sini'

beberapa bulan sebelumnya juga... pernah ada orang jepang, ketemu di suatu acara bisnis, dan bertanya diriku berasal dari mana. ya aku bilang: saya orang jakarta. 'ah? not from europe?' (okay, i don't think jakarta is near anywhere in europe). senyum manis kukembangkan untuknya.

ya, saya bisa bahasa endonesa. banget! sumpeh!

part (3)

are they getting younger, or are we getting older?

jaman dulu masih sering naek bis, jaman dulu masih sekolah, klo ngeliat sopir bis dan keneknya, aku menganggap mereka 'bapak-bapak'.

fastforward ke hari ini, dan yang jadi sopir serta kenek bis, bukan lagi bapak-bapak, atopun mas-mas, tapi sudah sampe taraf 'adek-adek'. seriously.

kadang ini bikin saya mikir: dulu mereka 'bapak-bapak' karena saya melihatnya dari umur yg masih di bawah, atau memang dulu sopir itu orang dewasa?

sekarang mereka 'adek-adek' karena memang mereka masih semi ingusan atau karena aku melihatnya dari umur atas?

berdasarkan pengamatan dan pengalaman naek bis bekali2, sopir bis jaman sekarang, bener2 anak ingusan, yang ngomong aja belum becus. gw rasa mereka baru aja selesai jadi remaja, dengan badan yang belum memutuskan untuk berhenti tumbuh, yang membuat komposisi badan mereka mirip2 alien: tangan kepanjangan, kepala kegedean, kumis dan jenggot yang tumbuh ramai tapi belum teratur, rambut yang punya kemauan sendiri, dan suara yang kadang berubah timbre.

dengan belum berdamainya hormon dan perkembangan tubuh dan koordinasi otak-badan mereka, bayangkan perasaan diriku disetirin oleh orang2 macam begini. dan dengan kemampuan multi-tasking remaja jaman sekarang - yang mengherankan dan sekaligus bikin ngeri - tantangan naik bis pun meningkat. urusan ngobrol di hape sambil nyetir sih basic banget. lebih seru kalo nyetir sambil memangku sebungkus nasi, dan curi2 menyuapkannya di antara belokan. keseruan ini ditambah lagi dengan obrolan berdesibel tinggi antara sopir dan kenek.

selain petualangan di bis, ada satu hal lagi yang bikin persepsi bahwa 'saya sudah tua' menjadi semakin tajam. anak baru masuk kemarin di kantorku, kelahiran tahun 1987. berarti usianya 24 tahun. berarti saat aku, ehem, masuk SMA, anak ini baru lahir. umur segitu juga aku mulai kerja di perusahaan ini, and that was, like... 16 years ago. how's that for putting things into perspective?

draw your own conclusion, then.

Thursday, November 3

brave decision (part 2)

Oke... berhubung ada yg mengingatkan kalo aku janji  bikin part 2 dan seterusnya, yok maree lanjut...

Jalan kaki dan naik bis: pilihan yang bukan pilihan

sebagai orang yg cukup punya, dalam artian punya mobil pribadi plus supirnya, mungkin lucu bagi orang lain untuk melihat aku pagi2 jalan kaki, dengan rencana habis itu naik bis umum, ke kantor. dengan standar gaji dan gaya hidupku, yang menurut 'bracket' ekonomi masuk ke 'golongan menengah' (meski menengahnya agak berat ke bawah), tentunya harusnya aku tidak lagi jalan kaki dan naik bis. orang2 sepertiku, cocoknya naik mobil, entah disupirin ato bawa sendiri. minimal2, saat mobil tak tersedia, yang cocok adalah naik kendaraan umum yang pribadi (= taxi).

ini 'rasa' yang aku dapat dari pandangan satpam kompleks, sewaktu pagi2 liat aku jalan, dan berencana naik bis. kok jalan, mbak? seolah jalan kaki itu udah bukan 'hak'ku lagi.

dilihat dari 'bawah', mungkin hirarkinya begini:
- nggak punya duit - jalan kaki, lanjut dengan moda lain
- punya duit dikit - naik ojeg, terusin dengan moda lain
- punya duit agak banyakan lagi - naik taksi
- klo gedongan dan bener2 punya duit - naik mobil pribadi lah
* di luar skala ini saya gak tauk, belum nyampe levelnya

serunya lagi, klo mo melebarkan pandangan, dan menelaah (cieee...) dari segi sosiologi, orang kita itu kan pemake status banget ya? klo orang kaya, ya tongkrongannya, jinjingannya, harus barang2 yang gedongan juga. klo engga, bukan orang punya, namanya. jadi tentunya, kegiatan saya jalan kaki mo naik bis itu tidak melambangkan 'golongan' saya.

dengan semangat kejujuran penuh, kuakui klo naik bis umum itu, memang pilihan terakhir. kepepet, istilahnya. bukan karena harganya yang murah terus bikin kelas jadi turun, tapi masalah: aman, nyaman. jalan kaki juga demikian. bukan masalah otot kaki dan paru2 ga kuat, tapi balik lagi ke masalah: aman, nyaman nah.. itu hal panjang lain buat dibahas....

see you in part 3

Tuesday, November 1

a brave decision, and things that come from it (part 1)

hari ini pagi mendung. udara cukup dingin untuk ukuran jakarta, tapi tak cukup sejuk buat bikin badan jadi adem. supir tidak bisa mengantar diriku karena suamiku ke luar kota, dan si supir harus mengganti mengantar anak2 ke sekolah.

klo lagi manja, aku akan telpon pesan taxi pagi2 (seperti kemarin). hari ini, aku memilih gagah dan mau naik bis umum saja.

keputusan naik bis umum saja rupanya jadi bikin banyak topik bersliweran di benakku:
1 - ttg komplimen tadi malam dari dosen les "you look a bit too young to have four kids"
2 - jalan kaki, naik bis: seolah jadi pilihan yang bukan pilihan
3 - am I getting much too older or are they getting younger (re: supir metro mini)
4 - merdeka! dalam konteks anarki keseharian
5 - betapa jadi rakyat jakarta tuh pemenuhan hak2nya minim sekali

nah.. mulai dari mana?

oke, urut kacang saja.

No.1: you look a bit too young to have four kids.
ah! the beauty of those words never fail to lift up my spirit.
in those words, I see two compliments: 1 - that I look young, 2 - that I look swell enough for mom with four kids. my lovely hubby couldn't agree more. and he means it.
the thing with me is, i manage to see the 'dark' side of almost everything, though i immediately try to counter balance it with finding the 'light' thing about it. (gosh... i started writing in english without realizing it!). so, with the 'i look so young' thing, i see that as looking young or looking childish? you see, some time ago someone told people, when he was asked about how i was, that 'she's like a big kid. she talks to people as it is, no matter who they are'. that, too, i took as a compliment. see how truthful i was? but that coompliment came with some warning: big kid? was i so immature? perhaps i was. perhaps i still am. hence the above compliment.

being the youngest in a family perhaps left it marks on me. i tend to see me as the young one, even in the group of younger people. never occur to me to adopt the role of 'the elder'. never. ever. it is something that i need to switch on, after trying, no... groping (as in the dark) to find the switch. usually by the time i find it, someone else has taken over the role. and i, for the zillionth time, slip into the background. see.... no wonder i look young. i am young. maybe so wrongly so.

never mind.

part 2 to follow the next day.


Monday, October 31

giant (?) leap for myself

setelah berpikir, dan berlatih, dan menimbang beberapa model, akhirnya aku ganti tanda tangan.
di pendataan warga untuk pembuatan e-KTP kemarin sabtu, aku ganti tandatanganku. toh bentar lagi KTPku akan perlu diganti pulak dengan yg baru. sekalian ajah deh.

ganti tanda tangan, kata orang yang percaya, bisa mengubah nasib juga. karena ada tanda tangan yang 'baik' dan 'kurang baik'. tanda tangan yang 'baik' membawa hoki, membuat orang pemilik tanda tangan itu berkehidupan yang baik juga. konon.

aku agak was2 juga jadinya menyikapi hal ini. sebetulnya bukan karena berencana mengubah nasib aku berganti tanda tangan. sederhana alasannya: dengan TT yang sekarang ini, aku sering kesrimpet waktu menuliskannya. mungkin TT yang sekarang sudah tidak sejalan lagi dengan jiwaku...*jiaaahh....

'model' yang aku pilih menuliskan nama depanku. dengan banyak bulatan, tidak terputus, ujung menarik ke atas, tanpa garis di bawahnya. konon itu model TT hoki. semoga. kita selalu berharap yang baik2 kan? dan menolak yang tidak baik.

maka dari itu, aku ganti juga akhirnya. mumpung ada kesempatan. paling2 ntar ribet klo urusan sama bank. ya ribetnya entar aja, klo emang ada urusan. selama ini lewat e-banking ga pernah perlu TT.

*blog yg ga penting banget

Thursday, October 27

merindu

(1)
ketikaku merindumu
detik-detik bergeming
hingga jam tak jua kusua

(2)
rinduku tertahan pada ujung-ujung jari
yang sudah gatal untuk mengetuk keyboard
menyampaikan benang aksara
memintal kata
dan menenun cinta

kerja kerja kerja

gara2 mbaca imel temenku yang cerita klo dia lagi jadi 'single dad' karena bojonya pergi ke luar kota, jadi mikir: sebenernya, kita kerja tuh buat apa, ya? buat siapa? gunanya apa? apakah menyumbang bagi 'kemanusiaan'?

pada kasusku:
dari pagi, dah sibuk mo ninggalin keluarga. ribet di pagi hari karena waktu yang mepet buat siapin anak2 mau ke sekolah. anak2 berangkat, tarik napas dikit dan siap2 berangkat kerja. di tempat kerja, pada keadaan yang sekarang, alhamdulillah (nyoba liat dari segi baiknya lah), kerjaan ga berat, beban kecil, namun harus manis setor muka dari jam 08:00 sampe jam 17:00. kesimpulan, dari jam sekian hingga sekian aku absen dari rumah. dan lucunya aku, klo sudah absen dari rumah, pikiran ttg rumah ikutan absen: jadi 'konsentrasi' dengan urusan pekerjaan (salah, bukan pekerjaan, tapi 'pikiran non-rumah'), dan pasrah dengan keadaan di rumah yang, bukan aku ga peduli, tapi ga pernah aku tanya2kan. no news is good news. selama ga ada yang nelpon dari rumah, everything is fine.

jam 17:00 lebih dikit, demi menjaga reputasi, karena ga setiap hari aku bisa menaruh pantat on time jam 08:00 di kantor, aku hengkang dari kantor. sama seperti absen dari rumah, begitu keluar dari pintu kantor, urusan kantor hilang dari benak. kejadian bawa2 kerjaan, kertas2, cuma buat berat2in tas doang. wong akhirnya di rumah juga dilupakan kok.

12 hours a day. that's the general total of my time devoted, nah... not devoted lah... just 'concentrated', for work. non-domestic, non-family related. lah, kok jadi basa londo.

12 jam perhari aku curahkan untuk kegiatan yang non-keluarga, non-rumah. sisa tinggal 12 jam lagi dari yang 24. 8-nya buat tidur. tinggal 4. dari sekian banyak jam, mentok cuma 20% yang dicurahkan untuk keluarga: orang2 yang terdekat buat kita.

konon, kita kerja buat keluarga: buat cari uang - yang buat beli sandang pangan papan, buat bayar pendidikan, dst dst. klo emang ya, kok waktu buat keluarga jadi tercuri sedemikian rupa, ya?

pembalasan waktu yang tercuri ini, dengan libur2 'berkualitas' di tengah semester, di akhir tahun; libur2 mini di weekend, apa cukup, sebenernya?

well, hari gini, emang pilihan hidup ya kerja (baik sendiri atau jadi 'pesuruh korporat') dan cari uang yg cukup buat hidup yang menurut standar kita 'berkualitas'. selama pilihan masih ada, dan memungkinkan, perlu juga diinggat bahwa ujung2nya, kerja buat siapa sih? those pairs of eyes that love us so much, that welcome us in the evening when we got home, those that miss us when we are away. buat mereka, sebenernya. those little startlights who someday become like us: parents.

ah... parenthoood.....

yo terusin kerjaaa.....

Tuesday, October 25

be something to someone

I don’t wish to be everything to everyone, i just want to be something to someone. -Twilightlova #ihatequotes


this quote is so very me. that's my core. my life is built around that consciousness: that i don't need to be everything to everyone; i just need to be something to someone. it's not important (for me) to make everybody happy, it's important (for me) to make those whom i hold dear to be happy.
 
personally, i think i've made quite a good progress on being something to someone. i mean something to my children. i mean something to my husband. i mean something to my brothers. i mean something to my 'less count than the fingers on one hand' best friends. i mean something to my parents, my in-laws.
 
and it makes me tremendously happy when i look in someone's eyes and knows that: that i mean something to them.
 
heck with everybody else.
 
live long and prosper.
 
(just a thot: when i die, who would mourn me? not many, i guess. but it would made my whole life meaningful, if those who do, do so with all their heart)

Friday, October 21

karakter (1): bersih itu sebagian dari iman

memang, orang harus bersih. selain menjauhkan penyakit, yang bersih tentunya lebih baik daripada yang kotor.

ini pengamatan saya mengenai perilaku bersih orang di bis:

1: mbak2 berjilbab
mbak2 naik, menempati tempat duduk, membuka tas, dan mengeluarkan kantong kresek dari tasnya. dari kantong kresek hijau mudanya, diambil sebuah arem2. lalu ia melongok lagi ke dalam tasnya, dan mengeluarkan tissue. arem2 dipegang menggunakan tissue; dikupas daunnya, dan dimakan isinya. setelah itu, kulit arem2 dibuang ke lantai bis. si mbak mengelap tangan, mengelap mulut dengan tissue, dan membuang tissue ke lantai bis. lalu ia melanjutkan dengan makan kue manis; kupas bungkus plastiknya, makan isinya, buang bungkus plastik ke lantai bis. sekali lagi, si mbak mengelap tangan dan mengusap mulut memakai tissue. lalu tissue dibuang di lantai bis. si mbak sangat pembersih bukan?

2: ibu2 berambut pendek (BUKAN saya)
seorang ibu dalam bis yang duduk di kursi di depan saya membuka dompetnya. dari dompet ia keluarkan secarik kertas bukti pembelian barang. dilihat2nya kertas tadi, diperhatikan agak lama, lalu dirobek dan dibuang ke lantai bis. lalu si ibu mengambil permen dari tasnya; buka bungkusnya, ambil permennya, dan buang bungkus permen ke lantai bis. sampah dari tas ia buang ke lantai bis. ibu yang pembersih bukan?

berapa sering hal ini terjadi di kendaraan umum? orang2 yang pembersih ini, demi menjaga kebersihan diri atau tasnya, membuang sampah di kendaraan. sungguh kesadaran diri yang amat egoistis. dengan membersihkan dirinya, dia mengotori orang banyak.

mungkin ini salah satu contoh betapa sudah parahnya ke(tidak)sadaran individu negri ini akan tanggung jawabnya sebagai bagian dari kolektif. problem dia selesai, tp itu memulai problem buat orang lain. rasa tanggung jawab untuk menjadikan dirinya bagian dari sistem yang besar, dari sistem yang menyangkut orang banyak, segitu tipis. yang penting gw bersih. toh akan ada orang lain yang beres2.

pemikiran "toh akan ada orang lain yang....." seolah menafikan tanggung jawabnya.



live long and prosper!

Wednesday, October 19

can you handle the truth?

truth. the whole truth and nothing but the truth.
really?

orang selalu bilang bahwa jujur itu baik, bahwa kejujuran itu membawa kebaikan. bahwa lebih baik jujur daripada engga (saya ga bilang bohong lho. bohong itu bukan sekedar 'tidak jujur' tapi sudah menciptakan 'kebenaran' baru).

tapi apa emang begitu? apa kita bener2 siap untuk selalu berlaku jujur dan menerima kejujuran?

jujur.. berapa kali dalam sehari kita ga jujur = memperhalus kata2 = menyembunyikan yang sebenarnya?
jujur.. berapa kali dalam sehari kita milih diam daripada njaplak mengatakan yang sebenarnya dan menanggung risiko dikeplaki, atau setidaknya dijadikan musuh bersama?
jujur... berapa kali dalam seminggu kita bikin bo'ong putih?
jujur... kapan terakhir kali kita bicara apa adanya 100% tanpa penghalusan, tanpa amplasan, tanpa belok berkelit muter dan menikung?
jujur.. saat orang beri komentar jujur ttg dirimu, apa saja: ttg cara berpakaian lah, perutmu yang gendutlah, caramu jalan lah, yang tak cocok di hati... apa kamu nerima baik2 saja apa adanya ato pake angot dikit?

nope. masyarakat ini ga cukup kuat untuk jujur.

di kateglo dari bahtera.org, jujur diartikan sbb:
jujur

adj 1 lurus hati; tidak berbohong (misal dengan berkata apa adanya); 2 tidak curang (misal dalam permainan, dengan mengikuti aturan yang berlaku); 3..dst

1 - berkata dengan apa adanya
seberapa susahnya sih?
susah banget.
saat kita nekat berkata apa adanya, apa yang mendengarkan mau kita berkata apa adanya? klo ada temen yang udah slordeg, bau pulak, apa loe bakal nekat bilang "kamu berantakan dan bau sekali"? dijamin, mulai detik itu pula kau jadi musuhnya. klo ada orang dengan potongan rambut baru yang ga cocok ama mukenye, apa loe bakal bilang "rambut loe aneh"? mentok2 kita bikin komentar aman "rambut baru ye?" dan dalam hati nerusin "gagal potong tuh". oh.. ini mungkin buat cewe ya... kaum lelaki, berdasarkan pengalaman, agak kurang mahir memperhatikan tatanan rambut orang, kecuali yang benar2 mencolok.

2 - mengikuti aturan yang berlaku
di kantor, dah jelas ada SOP. klo orang tahu isi SOP itu dan nekat melanggar, dia salah. sesederhana itu. tapi coba datengin tuh orang dan bilang dengan gamblang: peraturannya A, loe ngelanggar. ga comply. apa ga naek pitam tuh orang? tetep aja, pas pedekate, kite musti baek2 bilang: maaf (minta maaf? dia yg salah kita yg minta maaf?), menurut peraturan bla bla, kan mustinya gini.. jadi ini salah. bisa tolong dibetulin? sorry, tp klo gini kita ga bisa terima, ato proses, ato apalah.

hmm....

haree geenee, jujur emang tetep lebih baik. tapi musti pake penghalusan. gapapa juga sih, biar hidup lebih aman dan tentram. meski kadang diriku sering nekat apa adanya, dan walhasil, jadi susah diterima orang (sepertinya begitu).

tetap semangad!

Friday, October 14

emang harus?

sekarang ini banyak sekali saran2 pengembangan diri, mulai dari bagaimana menjadi sukses, kaya, dll. juga banyak sekali orang yang berbaik hati mengirimkan sebaris dua puluh baris kata-kata, yang intinya mendorong kita untuk meraih sukses, meraih rejeki, meraih impian, menjadi pemimpin, orang penting. dalam kata lain, menjadi 'superman'.

kadang aku jadi mikir. emang harus?

hidup itu masalah pilihan, selama memang masih ada pilihan. dan rasanya selalu ada pilihan, meski kadang pilihannya tidak ideal. tapi selalu ada.
lalu, klo ada yg memilih untuk biasa2 saja, untuk bermimpi sedang2 saja, untuk tidak menjadi kaya luar biasa tapi berkecukupan, untuk tidak menjadi orang top tapi cukup berada di tengah, apakah salah?
klo ada yang milih jadi pengikut dan bukan pemimpin, jadi orang kebanyakan dan bukan elite, apakah salah?

di sisi lain ada yang teriak2 'be true to yourself'. lalu, klo your true self sudah cukup jadi dirimu yang sekarang, yang bahagia dengan kondisi yang sekarang, dan akan terus bersyukur dengan keadaan serba ada yang sekarang, apa salah?

haruskah kita semua menjadi besar? haruskah kita semua ada di depan? haruskah kita semua berada di atas?

even the greatest machinary needs its tiny part to work perfectly.

Tuesday, October 11

waktu molor

pernah baca buku 'mimpi-mimpi einstein'? intinya buku itu mengenai teori relativitas waktu. buku yang cukup enak dan bagus dibaca oleh awam, dengan hanya sedikit saja pemahaman mengenai teorinya.

pagi ini, terasa sekali teori 'time flies when we are having fun', yang entah digagas oleh siapa, berlaku di kehidupan. sayang yang berlaku padaku sepagian ini adalah yang sebaliknya.
waktu terasa terseret-seret di sepanjang perjalananku yang satu jam lebih sedikit itu melewati jalan jakarta yang sudah tak tertolong lagi macetnya.
tiba di kantor, kondisi tidak banyak berubah. aku pikir sekarang (saat aku menulis ini), sudah dekat waktu makan siang. ternyata, baru pukul sepuluh lebih dikit. mengapa satu jam terasa lebih dari enam puluh menit pagi ini?

lucunya, di pagi yang benar-benar pagi, saat anak-anak baru mulai bangun dan bersiap ke sekolah, waktu seperti berlari. sementara anak-anak itu terjebak di kecepatan merambat. dibutuhkan dorongan berupa olah urat leher untuk bisa membuat anak-anak mendekati kecepatan waktu yang terbang. luar biasa.

pertanyaannya sekarang: harus melakukan apa aku agar waktu bisa bergerak lebih cepat sedikit, dan tidak molor seperti ini?

hoahem....

Thursday, October 6

on being such on the margin of it all

sometimes i see myself as a square peg in a round hole.
maybe it is because of the way i was brought up.
i got 3 older brothers. no sister. so i was the odd man out.
i was the only daughter and also the youngest. that just amplified my oddness.
in the light of seeing things from the positive side, i'll change oddness to my UNIQUEness.

the singalurity of being me, albeit on the margin of it all.
by IT i meant the species we all refer to as woman.

i never quite understand the women's league.
them as a pack. they are quite scarry.

watched mars needs mom?
the women are regulated and stiff, while the men are the embodiment of freedom.
with the female group, to deviate means your death.

ever read the dynamics of a harem?
if it ever occured to them to join forces within themselves, the stud wouldn't have stand a chance.
instead, women there conspire against each others, trying to win the most attention, the highest status, et cetera. theye even killed their competitors. competitors? weren't they all victims? that was not how they see themselves. in a pack, there should be leader. leader got all the advantages and perks. advantages set you apart. advantages give you the power over the others. that's why instead of being there with all of the others, you just gotta be the leader. at all cost.

ever watched the pack of 'ibu2 dharma wanita'?
that's the scarriest of them all.
you, my reader, don't need explanation on that. faux leadership built on the spouse's position - used to the maximum to gain power and influences over other mere mortals. every steps must be in synch to the matriach, every gesture has to be approved by her. even dress code must be to the lady bosses taste. the words of the leader is the words of the pack. you don't want to be conspicuous in that sort of pack. you draw attention to yourself, you are excomunicated. only the leader shall stand out.

women as a pack got that power: to ruin. to cause discomfort. to instill fear. but perhaps, for those as the members, it also give them life support. you bring your loyalty, you got your safety net in the maze of social world.

i live on the margin of it all. i dont' belong to any pack. i am a singular being. it's kinda lonely sometimes. but then i have the freedom not to bow to anyone.

i've got enough of life support near me: my family. that's my pack. with them, i am no longer on the margin.

Tuesday, October 4

pygmalion effect

topik ini ada dalam utas (thread) dari suatu milis yang aku ikuti, milis mengenai penerjemahan dan bahasa.
copas dari Wikipedia,  isinya adalah:

The Pygmalion effect, or Rosenthal effect, refers to the phenomenon in which the greater the expectation placed upon people, often children or students and employees, the better they perform. The effect is named after Pygmalion, a Cypriot sculptor in a narrative by Ovid in Greek mythology, who fell in love with a female statue he had carved out of ivory.



The Pygmalion effect is a form of self-fulfilling prophecy, and, in this respect, people with internalize their negative label, and those with positive labels succeed accordingly. Within sociology, the effect is often cited with regard to education and social class.

ketika orang bicara yang bagus2 tentang anaknya, sebetulnya, mereka bukan pamer. itu adalah doa dan harapan, dan semacan ini juga 'self-fulfilling prophecy'. anak yang dibesarkan dengan kepercayaan bahwa ia baik, akan merasa dirinya baik, dan akhirnya akan benar2 menjadi baik.

sebaliknya dengan 'labeling': memberi 'label' atau nama pada anak, misalnya: dasar nakal, dasar bodoh, anak malas, dst. labeling mengacu pada penamaan yang buruk atau negatif. jika anak selalu dikatakan bahwa ia nakal, bodoh, kurang pikir, dll - maka ia akan percaya bahwa memang dirinya seperti itu, dan perkembangan yang seharusnya bisa baik jadi terhambat.

okay... easy to say, hard to do.

seperti semua hal ttg menjadi orang tua, tidak ada manual yang bener2 merangkum apa yang  boleh dan tidak, apa yang berhasil dan tidak, dan apa yang harus dilakukan jika ada deviasi. you learn as you go. you learn as you live your life.

i am still learning, and sometimes so poorly at that.

i have made my mistakes, and am still trying to undone the damage. or at least stop it from continuing. so I hope. so I believe. i have to believe.

every day gives you new and different challenges. kegiatan yang sama bisa menimbulkan reaksi yang berbeda, klo kondisi hati juga berbeda. mungkin itu kuncinya, minimal buat orang seperti saya. kondisi hati. menata hati.

jadi orang tua memang begitu. what you do affects those around you. what you say affects those around you. those around you, the closest, are your children.

kadang memikirkannya bikin hati jadi ciut. am i good enough? will they (my children) be good enough? you just gotta believe.

believe. in the good in every person, in every thing, in every reason. coz when you start to believe, they will start to be.

pygmalion. start believing that things are good. amen.

Wednesday, September 28

full doa

naek angkutan umum di jakarta itu benar2 membuat kita semakin dekat dengan Tuhan. gimana tidak? klo setiap kli naik angkutan, doa ga putus2 terucap di hati?
contohnya waktu aku pulang dari kursus kemarin senin.
ojeg yang saya tumpangi, mendengar tujuan saya 'manggarai', serta merta ambil jalan pintas, serobot jalur busway, dan kemudian ngebut semerdeka-merdekanya. akhirnya saya tepuk bahu si tukang ojeg. terjadilah percakapan ini:

Sapobi (S): pak, biasa aja lah.. ga usah ngebut.
sambil nengok sedikit, si pak ojeg (Oj) bilang: kan eneng ngejar kereta? ntar telat?
S: lah.. saya mau ke terminal bis pak, ga ke stasiun kereta.. ga ngejar apa2.
Oj: oh......kirain neng....
untunglah si Oj habis itu melambatkan motornya, dan saya bisa duduk dengan sedikit merasa aman

babak kedua berdoa dimulai sesegera aku naik bis S62 jurusan manggarai - pasar minggu.
supir, kenek, dan dayang2nya (ada satu anak perempuan yang jelas2 teman mereka), semua masih remaja tanggung. baru 17 lewat dikiiiit, kayaknya. dan bisa menebaklah kita kualitas remaja jalanan jakarta ini: agak2 kurang lengkap di otak, dan jelas2 minim rasa tanggung jawabnya. kalo menurut natgeo yang mengupas permasalahan otak para remaja, bukan rasa tanggung jawab sebetulnya yang kurang, tapi rasa 'mari kita coba dan liat sampe sejauh mana kita bisa bertahan' itu yang bikin mereka terlihat agak2 kurang beres pemikirannya.

dengan kombinasi hormon yang bergejolak, gelombang otak yang belum stabil, dan pendidikan ala kadarnya serta (dijamin!) pemahaman peraturan lalu lintas yang nyaris NOL, supir serta kenek remaja itu memegang hidup seluruh penumpang bis.

miris rasanya menyerahkan nasib pada gerombolan seperti itu. ditambah lagi memasrahkan diri pada kondisi bis yang kotor, panas, dan tidak jelas standar keamanannya.

sungguh, yang bisa dilakukan hanya berdoa, berharap Tuhan masih memberi rejeki pada hari ini untuk aku bertemu dengan orang2 yang kusayang.

lebih miris lagi berpikir bahwa: aku, dengan isi dompetku, masih punya pilihan untuk lebih manja dan, dengan alasan keamanan, memilih taksi biru muda metalik dengan supir berseragam batik yang kesohor pelayanannya itu.

beribu2 orang jakarta lain tak punya pilihan untuk selain terus berdoa.

semangad pagi....

/Sapobi

Wednesday, September 21

I am a Rolex

I have this message in my BB messenger:
(as a response to my earlier 'di persimpangan jalan' blog)

"Because if you are a car, you are a mercedes, if you are a watch, you are a rolex. If you are a motorcycle, you are a kawasaki ninja zx6, four cylinders inline, four carbs, twin cams, 16 valves, 200 mph top speed.."

If someone who knows me my whole life sees me like this, it's very wrong for myself to see me less than what he implies.

So from now on, my mantra would be: I am a ROLEX. I am a MERCEDES. I am a kawasaki which is both a work of art and superb machinary.

I am a beauty to behold and an engine to admire.

I have that in me. No less.

Wednesday, September 14

Pernyataan terpendam anak

(numpang repost dari postingan BBM temanku)

Untuk para orang tua, ada sedikit ilmu yang dapat dibagi - hasil ceramah dari psikolog Bp. Puji Hartono S., Psi.

Ada 11 pernyataan yang tak terucap dari anak:
  1. Cintailah aku sepenuh hatimu
  2. Aku ingin jadi diri sendiri, maka hargailah aku
  3. Cobalah mengerti aku dan cara belajarku
  4. Jangan marahi aku di depan orang banyak
  5. Jangan bandingkan aku dengan kakak / adikku
  6. Bapak Ibu lupa, bahwa aku adalah fotocopymu
  7. Kian hari umurku kian bertambah, makan jangan selalu anggap aku sebagai anak kecil
  8. Biarkan aku mencoba, lalu beritahu bila aku salah
  9. Jangan membuat aku bingung, maka tegaslah padaku
  10. Jangan ungkit-ungkit kesalahanku
  11. Aku adalah ladang pahala bagimu
Happy parenting!

arrived in battered shape

dress crumpled and damp with sweat, hair toussled by wind, body reeking of pollution, face red and prespiring, that was how I arrived at the office today, courtesy of our public transport and the traffic.

luckily enough, it took only about an hour to reach my workplace. having standing at the bus stop for almost ten minutes for the 640 ps.minggu - tanah abang bus, I spotted the PPD 54 depok-grogol lane. after making sure it will stop at komdak, I got onboard. and even luckier still, seats were still available - albeit mine is sandwiched between two gentlemens, one who was 'over-volume'.

the bus will take the toll road, and that was why the fare is 2500 instead of 2000. then came the entertainment: gendang and guitar with duet. you'd be surprised on the kinds of entertainment (and shopping) you could get in a bus ride...hahahaha... today, that duet was the only entertainment, though.

yep, true to its words, the bus got into the toll road. after kuningan, the traffice was a breeze. reached komdak in no time, got into the waiting 640, though my luck stopped here for findng any seat, and off we go to sudirman.

and now here I am, posting my morning blog, eating the somay I bought at the pedestrian bridge.

life is good.

Monday, September 12

di persimpangan jalan

klo musti memutuskan sesuatu, yang berpontesi mempunya efek besar terhadap hidup, rasanya seperti berdiri di persimpangan jalan tanpa rambu2 yang jelas.
lebih parah lagi kalo tujuannya pun belum jelas. wah, itu udah kaya persimpangan jalan, mati lampu pulak.

ini nampaknya yang sedang daku alami sekarang.
diriku sedang berperang dalam hati, dan dalam jiwa, dan dalam otak (dan dalam dompet), untuk membuat tujuan hidup yg baru. naaah, tujuannya pun masih agak samar2. belum pasti benar.
masih banyak menimbang ini itu ini itu... mungkin terlalu banyak menimbang.

atau kalo mau sejujurnya, bukan menimbang, tapi takut melangkah. takut ambil keputusan. ya takutlah.
pokoke takut.

orang2 dekatku sekali, yg bener2 dekat denganku, suka heran dengan diriku yang peragu ini. katanya, aku punya banyak kesempatan untuk maju, karena ibarat mobil, mobilku tuh jempolan. tapi sebagai supir, aku ngerem melulu. bentar2 liat kiri kanan, bentar2 ngerem, bentar2 konsultasi ke GPS atau peta.

pada kenyataannya, diriku memang takut nyetir. takut keserempet, takut kesenggol, takut salah ambil jalan, takut salah perkiraan waktu, dll dll yg takut2 lainnya.

mungkin itu gambaran juga dari lubuk jiwa terdalam: aku takut. titik.

dan terdamparlah diriku hingga kini di persimpangan jalan. tanpa rambu, tanpa tanda arah, dan mati lampu pulak.

Friday, September 9

such bloody expression, the f word

What perhaps started as a mere word synonim to copulation has become a word whose existent is all over the literary world.

Swearing would not be complete without it.
Expressing your astonishment is up a notch if you use it.
Just about everything is a bit more intense if you insert it.

This little four-letter word.
So f***ing perfect, is it?


Thursday, September 8

over-volume

I have nothing againts any body type. And definitely nothing againts people who are over volume.

It's just that, in Jakarta public bus, namely the Metro Mini, the hobbit-scaled seats are a menace to society, especially to those with generous size, and those who are unlucky enough to share the seats with them.

Let me tell you what happened to me this morning.
I was totally minding my own business, fending boredom and sleepinees, in the bus carrying me to the office. The seat next to mine was still empty. Until this lady got on board; one whose bulk was a bit over the standard. She quitely sat next to mine, bringing some of her generous volume right over my space. It was like having my body as sandwich filling between her and the bus wall.

There was no escaping such fate. The little I could do was moving my butt to the left a fraction of an inch, and re-alinging my back, just to survive the pressure from my right. And I quickly meditated myself to sleep. Sleep, the ultimate escape from all things uncomfortable.

Now what I have is the fleeting sensation of numbness on my right arm.

Have a happy life, dear friends.

Wednesday, September 7

Unconditional love

People always hail mothers as heroes: creatures with love so in abundant that they require nothing in return.

I'm a mom of four, and I don't see it that way.

It's the children who have the unconditional love towards their parents.
No matter how much we suck as being one, they would love us.
No matter how bad (God forbid!) we treat them, they would love us.
When we are angry at them for reason that is not entirely theirs , perhaps because we are too tired, or too stressed out with other things in life, they would just swallow it and still love us.
They would love us no matter how we dress, no matter how we act, no matter how silly we are, regardless of the many mistakes we've made, and so on.

When things go bad, as in divorce, more than few would feel that part of it was their fault.
When things are not good in the household, some would feel that they are to blame.

You look into your children eyes, and you'd know that their love for us are unconditional.
Just because we happen to be their parents.
Having children is our choice. Being our children are not theirs. It's a given.
And yet they love us with all their being.

/sapobi

I should write, again

it's been long since I wrote last
nothing special to write

well, that's not it
i just lost my passion in lots of things lately
writing, for one

things I see are still interesting in their own way
but I don't seem to be able to put what I see into words

that's a scarry sign
I used to love to write
it's used to be what made my day

I need to find my passion again
I need to start seeing again
and write what I see

it's a kind of self indulgence, you see
better than eating
cost writing wouldn't add to your body weight

well, enough rambling for today
hope you (whoever you are), will find me writing again
and nicely at it

live happy!

Friday, January 14

The lying game

Lying is such a complicated game, if you'd like to call it a game.
The rules are vague, and the score is hard to keep. There's no referee, and no time-out. And it never ends.

You lie once. Then someone may innocently poked into it. You lie again. Then you lie to cover your second lie. You have to remember what you lie about. Or when. You have to keep the details in your memory.

Your memory may lapse someday. Then it will come out, the lie. And all the lies you composed to cover that one lie would fall down like deck of cards. Then you are exposed. Naked.

Or not. Depending. If you really are good at lying, you'd lie again about lying. Then life would be all good.

Supposedly.

You may live with that tiny weeny voice inside you telling you how you've wronged others. Or yourself.
You may live with a speck of guilt holing into your heart.

But then again, depending. A tiny voice is easily crushed.

On the other hand, telling the truth is sometimes not easy, either.
Consequences may be dire. Life could be altered.

So you chose.

(don't tell this to Horatio Caine)