Monday, September 12

di persimpangan jalan

klo musti memutuskan sesuatu, yang berpontesi mempunya efek besar terhadap hidup, rasanya seperti berdiri di persimpangan jalan tanpa rambu2 yang jelas.
lebih parah lagi kalo tujuannya pun belum jelas. wah, itu udah kaya persimpangan jalan, mati lampu pulak.

ini nampaknya yang sedang daku alami sekarang.
diriku sedang berperang dalam hati, dan dalam jiwa, dan dalam otak (dan dalam dompet), untuk membuat tujuan hidup yg baru. naaah, tujuannya pun masih agak samar2. belum pasti benar.
masih banyak menimbang ini itu ini itu... mungkin terlalu banyak menimbang.

atau kalo mau sejujurnya, bukan menimbang, tapi takut melangkah. takut ambil keputusan. ya takutlah.
pokoke takut.

orang2 dekatku sekali, yg bener2 dekat denganku, suka heran dengan diriku yang peragu ini. katanya, aku punya banyak kesempatan untuk maju, karena ibarat mobil, mobilku tuh jempolan. tapi sebagai supir, aku ngerem melulu. bentar2 liat kiri kanan, bentar2 ngerem, bentar2 konsultasi ke GPS atau peta.

pada kenyataannya, diriku memang takut nyetir. takut keserempet, takut kesenggol, takut salah ambil jalan, takut salah perkiraan waktu, dll dll yg takut2 lainnya.

mungkin itu gambaran juga dari lubuk jiwa terdalam: aku takut. titik.

dan terdamparlah diriku hingga kini di persimpangan jalan. tanpa rambu, tanpa tanda arah, dan mati lampu pulak.

No comments: