Thursday, November 24

penurut yang mbalelo

melihat perilaku rakyat negeri ini (jakarta dulu deh, bagian negeri yang lain aku tidak lihat dalam keseharian), kadang bingung juga menilainya.
di satu pihak, nampaknya mereka amat sangat penurut, terutama jika berhubungan dengan figur otoritas.
di sisi lain, sedemikian tak pedulinya pada peraturan.

contohnya adalah: "perintah" untuk pendataan e-katepe. semua orang nurut dateng memenuhi panggilan kelurahan. pun jika dia sebetulnya terkendala (cacat, sangat tua, kesulitan jalan, dll). pun jika harus balik kampung dan bayar mahal untuk memenuhi panggilan. pun jika harus antri (antri memang harus dan terpaksa karena pakai nomor urut panggilan) untuk jangka waktu yang tak jelas. tapi semua nurut. diambil sidik jarinya, lengkap sepuluh2nya. diambil fotonya. diambil data2nya. pasrah semuanya. ada ga yg sempat menanyakan, negara memiliki data personal sedemikian mesranya...apakah sebenernya mereka berhak? gimana dengan perlindungan akan data itu? nomor telpon aja bocor melulu. tapi kita semua - setahu saya - nurut. duduk manis mengantri hingga nama dipanggil, berjam2 setelah pagi mendaftar.

di sisi lain, mari kita lihat perilaku di jalan raya. layaknya orang buta marka semua orang2 klo sudah di jalan raya. dan juga masalah mengantri. klo tidak ada pembatas fisik macam pagar, tali, papan dll, mana bisa orang kita ini mengantri berderet dengan manis meliuk2?

apa yang membedakan 2 hal di atas?
menurut pengamat super amatir ini (saya) adalah adanya (atau tidak adanya) sosok otoritas. panggilan e-katepe: perwakilan nyata otoritas. ada si bapak lurahnya, ada orang2 'third party' pelaksana pendataan. ada surat atawa putusan dari menteri dalam negri. kurang apa lagi?

lalu-lintas: aturan merupakan perwakilan otoritas, betul. tapi aturan dan marka jalan itu abstrak. hanya tulisan, tanpa sosok (= pengawas/penegak). ya selama ga ada orang yang perlu diturutin, ngapain  nurutin tulisan?

mungkin begitu.

mungkin ini turunan dari mental terjajah. otoritas (orang) mewakili penjajah, penguasa. kelihatan melanggar aturan otoritas = mati.
tulisan tanpa penjaga = tidak ada yg melihat, tidak ada yg tahu = ga mati. selama ga ada yg liat, selama yang jaga ga liat = ga mati.

mari hidup, jangan mati!

No comments: